Publikasi di jurnal adalah kewajiban bagi peneliti dan akademisi. Tapi, iseng-iseng berhadiah untuk para mahasiswa atau siapapun yang mau menulis.
Penulis : Salma FK | Penyunting : Sandy Maulana
Tiap instansi arkeologi di Indonesia memiliki jurnal ilmiah di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Karena memang ilmiah, ada kaidah penulisan yang ditetapkan. Semua orang boleh menulis disini, dan keputusan terbit atau tidaknya bergantung pada reviewer (dan editor).
Pada umumnya, jurnal terbit dua kali setahun. Dari sini, dapat kita temukan data-data “baru”, asalkan jeli dalam menyaring judul-judul yang ada. Keterbaruan dalam jurnal arkeologi dapat terus muncul karena, peneliti akan menerbitkan hasil penelitiannya melalui jurnal ilmiah. (Yaiya kan tiap tahun tempat penelitian bisa pindah, situsnya baru-baru, dan temanya macam-macam).
Publikasi di jurnal adalah kewajiban bagi peneliti dan akademisi. Tapi, iseng-iseng berhadiah untuk para mahasiswa atau siapapun yang mau menulis. Mengapa? Karena submitnya gratis dan ada insentif yang menanti bila artikel berhasil terbit.
Untuk konten? Tidak perlu diragukan. Jurnal-jurnal ini sebagian besar telah terakreditasi secara nasional. Dan, lewat sistem peer-review yang berlapis (plus cek plagiasi dan referensi) akan lahir tulisan ilmiah yang mungkin “kaku”, namun dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Dari 12 jurnal arkeologi (yang termuat di web jurnal kemdikbud), sudah ada 9 jurnal yang menerbitkan edisi terbarunya di tahun 2020 ini. Sisanya? Mungkin masih dalam proses editing, layouting, atau barangkali “tersangkut” di dapur section editor. Oh iya, mulai tahun 2016 bentuk terbitan sudah wajib paperless, semua proses submisi pun hanya lewat satu kanal daring yaitu OJS (Open Journal System) dari tiap-tiap jurnal.
Terlepas dari itu semua, syukurnya sampai sekarang ini tradisi penulisan ilmiah arkeologi masih berlanjut. Tetapi mungkin kita tidak bisa membandingkan ketekunan penulisnya dengan apa yang pernah diterbitkan dahulu. Dalam dunia jurnal arkeologi, rasanya belum ada yang bisa menyaingi L.C Damais ketika menjabarkan penelitian tentang Les tombes musulmanes datées de Trålåyå–makam Troloyo. Foto nisan, denah lokasi, transkripsi, kritik atas penelitian sebelumnya, dikupas tuntas! (Bulletin de l’Ecole Francaise d’Extreme Orient, Vol. 48, tahun 1957).
Selain itu, belum ada pula yang dapat memetakan lagi posisi puluhan inskripsi di Candi Plaosan Lor seteliti J.G de Casparis. Nama tokoh, gelar, serta kata-kata Jawa Kuno diuraikan satu per satu. Rasanya sampai detik ini tidak ada tandingannya (Berita Dinas Purbakala, No. 4, tahun 1958).
Karya tuan-tuan itu memang tidak akan belum dapat tergantikan.
Bicara tentang karya yang belum terganti, keunggulan terbitan lama adalah pembahasan yang mendetail. Satu situs misalnya, bisa ditulis begitu dalam. Berkesinambungan dan tidak hanya menyinggung permukaannya saja. Penulis (yang kebanyakan orang asing) juga begitu berani dalam menyampaikan interpretasi. Karenanya, peneliti lain tidak ragu untuk menanggapi dengan artikel balasan.
Untuk masa sekarang, bagaimanapun tulis-menulis dalam arkeologi jelas harus tetap dipertahankan. Jika tidak, untuk apa ada penelitian setiap tahun? Artikel ilmiah mutlak harus terbit. Biarlah bahasanya kalah luwes dibanding dengan thread di twitter (ya karena memang ilmiah!), tapi kan mudah diunduh, kredibel, terpercaya. Bila dibaca perlahan juga insyaallah bisa dipahami.
Apabila tetap membutuhkan terbitan lawas, jangan sungkan untuk bertanya pada dosen atau kakak tingkat, namun jangan paksa mereka untuk menerjemahkan isinya! Kesulitan dalam menerjemahkan dapat dibantu oleh peranti penerjemah, atau bantuan teman dari jurusan sastra asing.
Biasanya versi digital dari terbitan lama dapat dicari di internet. Bila beruntung kita dapat mengunduhnya. Namun naas, bila sedang sial kita hanya akan disajikan tabel berisi lokasi monografi itu berada. Versi cetak, biasanya ada di perpustakaan bagian koleksi langka atau arsip.
Sebagai kesimpulan, kita tidak perlu berlarut-larut dalam membandingkan antara tulisan dalam jurnal lama atau baru. Seyogyanya, calon penulis jurnal dapat memerhatikan apa yang membuat tulisan lama terkesan “abadi”. Bukan hanya menulis demi menunaikan kewajiban.
Sekarang mari kunjungi laman Jurnal Arkeologi. Pilih-pilih, baca-baca siapa tau ada yang cocok (untuk modal skripsi, tugas kuliah, atau sekadar koleksi .pdf).
Semoga selanjutnya lahir tulisan-tulisan ilmiah baru yang kritis dan tajam setajam silet!
Selamat menulis! Ada honornya lho.
Tambahan :
Berikut ini daftar jurnal yang pernah terbit, maupun masih terbit. Bila ada kekurangan mohon infokan di kolom komentar ya 🙂
NB : Jurnal dengan tanda (*) sudah menerbitkan edisi terbaru di tahun 2020.
Judul | Arti/Keterangan | Penerbit |
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch Indie (BKI) | Contributions to the Linguistics, Land and Ethnology of the Dutch East Indies | KITLV, mulai 1851(bisa terbit lebih dari 1 volume tiap tahun) |
Tijdschrift voor IndischeTaal-, Land- en Volkenkunde (TBG) | Magazine for IndianLanguage, Land and Ethnology | Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sejak 1853 |
Bulletin de l’École française d’Extrême-Orient (BEFEO) | Bulletin of the French School of the Far East | EFEO, sejak 1901 (tercatat edisi terbaru tahun 2018) |
Oudheidkundig Verslag (OV) | Archaeological Report | Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indië (1912-1950) |
Berita Dinas Purbakala | – | Dinas Purbakala (1955-1958) |
AMERTA* | Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi | Puslit Arkenas, sejak 1985 |
KALPATARU | Majalah Arkeologi | Puslit Arkenas |
Sangkhakala Berkala Arkeologi* | – | Balai Arkeologi Sumatera Utara |
SIDDHAYATRA* | – | Balai Arkeologi Sumatera Selatan, sejak 1996 |
PURBAWIDYA* | Jurnal Penelitian dan Perkembangan Arkeologi | Balai Arkeologi Jawa Barat, sejak 2012 |
BERKALA ARKEOLOGI* | – | Balai Arkeologi DIY, sejak 1980 |
NADITIRA WIDYA | – | Balai Arkeologi Kalimantan Selatan |
FORUM ARKEOLOGI* | – | Balai Arkeologi Bali, sejak 1988 |
WALENNAE* | JURNAL ARKEOLOGI SULAWESI SELATAN DAN TENGGARA | Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, sejak 1998 |
JURNAL TUMOTUWA* | – | Balai Arkeologi Sulawesi Utara |
KAPATA ARKEOLOGI | – | Balai Arkeologi Maluku, sejak 2005 |
PAPUA* | JURNAL ARKEOLOGI PAPUA DAN PAPUA BARAT | Balai Arkeologi Papua |
KINDAI ETAM | – | Balai Arkeologi Kalimantan Selatan, sejak 2015 |
PANALUNGTIK | – | Balai Arkeologi Jawa Barat |
JURNAL SANGIRAN | – | BPSMP Sangiran |
JURNAL KONSERVASI CAGAR BUDAYA BOROBUDUR | – | Balai Konservasi Borobudur |
