Dunia adalah tempat yang morat-marit. Itu jelas. Tapi kita tak perlu melepaskan diri dari kenyataan.
Penulis : Sandy Maulana Yusuf
Dunia adalah tempat yang morat-marit. Itu jelas. Tapi kita tak perlu melepaskan diri dari kenyataan. Didi Kempot, penyanyi idola saya semenjak pindah indekos—sebab saban sore lagu-lagunya terus diputar dengan pengeras oleh tetangga tak tahu diri, mengatakan : “Apa saja yang jadi masalahmu, kuat atau tak kuat, kamu harus kuat. Semisal kamu sudah tak kuat, ya harus kuat”.
Sebagaimana nasihat beliau, pagebluk yang mendera berbulan-bulan, saya kira mampu mengeluarkan sisi terbaik semua orang.
28 Februari 2020, menjelang malam, saya tiba di Moodie Coffee. Jeje mengajak saya bertemu dengan beberapa kawan lain yang telah menunggu. Katanya, sekadar berbincang santai sambil barangkali menyeruput secangkir kopi gayo panas. Tentu ini kesempatan baik menenangkan kepala setelah sehari penuh di depan layar, pikir saya.
Yang tak pernah saya sangka, obrolan kami berlima malam itu bukan sekadar temu kangen antarteman kuliah yang baru sibuk-sibuknya dengan dunia mereka. Kami malah menyusun rencana besar. Bukan untuk menggulingkan kapitalisme pendidikan di perguruan tinggi yang mencekik leher semua, walau mungkin bila ada waktu topik ini menarik dibicarakan, kamerad!
Malam itu, kami sepakat ingin membuat ruang bagi siapa saja agar bisa membaca dan—dalam beberapa pekan ke depan setelah mekanisme internal kami matang—menulis segala hal yang berkaitan masa lalu. Boleh berbentuk trivia, bisa pula dengan mengontekstualisasikannya dengan isu terkini, atau kalau mau mengkritik kerja-kerja pegiat budaya dan masa lalu, tentu bakal kami terima dengan riang hati.
Puji Tuhan, empat bulan setelah pertemuan itu, Anda tengah membaca ruang yang kami maksud.
Lahirnya lampau.in sebagian besar dilandasi rasa gemas karena dunia arkeologi, dunia yang kami geluti empat sampai lima tahun kuliah, yang ajek. Begitu-begitu saja. “Arkeolog-arkeolog Indonesia hari ini terlalu asyik dengan dunianya sendiri, cenderung terjebak dalam romantisme serta formalitas metode lama, sehingga kondisi keilmuannya stagnan,” kata Daud Aris Tanudirjo, Dosen Departemen Arkeologi, Universitas Gadjah Mada.
Berangkat dari keresahan hampir serupa, channel youtube Sahabat Ekskavasi hadir. Naufal Fadhlurrohman, inisiator Sahabat Ekskavasi bercerita kepada kami. Pada mulanya, ia punya keinginan agar arkeologi bisa menjangkau lebih luas dengan cara yang sebelumnya tak pernah ia coba. Di waktu yang bersamaan, pagebluk melanda Yogyakarta. Pemerintah meminta bantuan rakyat agar melakukan karantina mandiri dan Naufal memiliki banyak waktu luang di rumah. Ia memutuskan belajar menyunting video. Semua ini menjadi titik awal lahirnya Sahabat Ekskavasi.
Sejauh ini, Sahabat Ekskavasi telah menghasilkan dua konten video, tiga sebenarnya. Pertama, narasi menyenangkan soal mitos-mitos yang menggelayuti candi di Indonesia. Kedua, serba-serbi pekerjaan arkeolog. Ketiga, dilombakan di Kompetisi Jalur Rempah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan puji Tuhan mendapat juara, kata Naufal.
Siniar Kata Hubung berasal dari kegelisahan lebih dekat. Dwita Sekarnina dan Riadhina Aji sebagai perwakilan dari Kata Hubung bercerita kepada kami. Kegemaran mereka mengobrol, dari candi lalu melompat akrobatis ke macam-macam musik yang baru naik di tangga terbaru Spotify, membuat mereka berpikir, mengapa obrolan ini tidak diartikulasikan dan disiarkan lebih luas saja dalam bentuk siniar?
Di Kata Hubung, Dwita, Ria, bersama tiga teman lain berusaha menghubungkan segalanya. Mereka percaya, segala kejadian itu selalu berulang dan saling terhubung. Untuk memenuhi tujuan itu, mereka membagi siniar dalam beberapa rubrik, yakni ‘Ada Apa di Sekitar’ yang akan bahas hal-hal aktual dari perspektif arkeologi, ‘Bosan di Kamar’ buat rekomendasi hal hal berbau arkeologi (bisa bangunan, jajanan, dan banyak lagi), ‘Emang Iya?’ yang kita fokuskan membahas pseudo-arkeologi di masyarakat, dan ‘Obrolan Pecah Belah’ yang membahas aneka rupa cinta dan persoalan yang melelahkan hati.
Sejauh ini, Kata Hubung telah menghasilkan tiga episode siniar. Episode ‘Perkenalan’. Lalu, rubrik #BosanDiKamar yang membahas lima rekomendasi tempat di Jogja yang cocok dikunjungi arkeologi snoob. Terbaru, soal budak cinta dari masa ke masa.
Berbeda dengan yang lain, Balakala hadir dengan visi lebih jauh. Perwira Utama sebagai perwakilan Balakala bercerita kepada kami. Sadar bahwa peluang kerja arkeologi cukup sempit sementara yang ingin dan tengah menunggu lowongan begitu ramai, Perwira ingin menciptakan ruang dan peluang yang lebih lapang bagi dirinya dan teman-teman lain. Ia berencana membuat unit usaha CV yang bergerak di bidang budaya.
Namun, ganjalan muncul. Rupanya, agar sebuah CV dapat ikut lelang proyek dari, misalnya Dinas Kebudayaan, CV tersebut perlu memiliki pengalaman dua tahun bergerak di bidang serupa. Perwira dan teman-teman Balakala putar otak, untuk menyongsong cita-cita CV di masa depan, mereka mempersiapkan channel youtube Balakala sebagai media branding. Fokus utama Balakala, sebut Perwira, ialah sedapat mungkin mengenalkan cara berpikir arkeologis ke khalayak luas lewat sajian konten-konten dialog ringan yang cenderung jenaka.
Sejauh ini, Balakala telah menghasilkan empat konten. Video pertama dan kedua menyoal alasan mengapa Sungai Brantas memiliki banyak ‘harta karun’ arkeologis. Video ketiga tentang polemik Museum Radya Pustaka. Terbaru, ucapan Hari Purbakala ke-107.
14 Juni 2020, menjelang malam, saya masih sibuk merangkai kutipan-kutipan wawancara dari rekanan media agar jadi tulisan utuh demi memperingati Hari Purbakala Nasional. Ada rasa haru melihat banyak orang, terlebih dari lingkaran terdekat, memiliki arah gerak yang sama: menjembatani persoalan arkeologis yang sering kali rumit ke ranah publik dengan cara kami masing-masing.
Baik lampau.in, Sahabat Ekskavasi, Kata Hubung, dan Balakala mungkin memang belum mampu menghapus keajekan dunia arkeologi atau membongkar paradigma-paradigma usang dan memulai hal-hal baru seperti serikat pekerja arkeologi lepas yang rasanya kian diperlukan. Tapi semoga kerja-kerja kami membawa kegembiraan bagi pembaca, pendengar, dan penonton sekalian!

Wah menginspirasi bgt ya anak2 arkeo ini. Tp sayang bgt nih keknya yg dibahas di tulisan ini msh dikit ya. Coba lebih banyak lg nih narasumber dari creator-creator kekinian yg dibahas disini. Siapa tau kan bisa saling collab tuh. Pasti makin asyik & menginspirasi. Semangat
LikeLike
Hai Kak Kartika, terima kasih banyak telah membaca lampau. Benar kak masih sedikit, ini hanya beberapa platfrom yang mucul dalam waktu yang bersamaan Kak dalam dua/tiga bulan ini. Semoga kedepannya semakin banyak platfrom yang muncul. Terima kasih banyak atas semangatnya kak! 😊 ✨
LikeLike