Rajo Manjalani Rantau: Menapak Persumpahan Alam Minangkabau

Kerajaan Jambulipo di Sumatra Barat memiliki tradisi bernama Rajo Manjalani Rantau, prosesi perjalanan raja untuk mengunjungi wilayah-wilayah kerajaannya yang kini mencakup Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Dharmasraya.

Penulis: Salma FK | Editor: Redaksi Lampau

Sumatra Barat adalah salah satu provinsi yang kental dengan adat istiadat. Beberapa kerajaan yang berlandaskan adat tetap eksis, meskipun tidak lagi menjalankan pemerintahan daerah secara “mutlak”.  Salah satunya ialah Kerajaan Jambulipo.

Kerajaan Jambulipo memiliki tradisi bernama Rajo Manjalani Rantau yang hingga kini terus diupayakan untuk berlangsung. Dengan dukungan dari berbagai pihak seperti: Dinas Kebudayaan Sumatra Barat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatra Barat, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatra Barat, Kenagarian Lubuk Tarok, dan Museum Adityawarman, prosesi Rajo Manjalani Rantau tahun ini dapat dihelat dalam rangkaian acara “Festival Kerajaan Jambulipo Ranah Godok Ubuih Nagari Lubuk Tarok.

Gambar 1: Pameran untuk memeriahkan acara Rajo Manjalani Rantau

Festival ini secara resmi dibuka pada tanggal 13 Oktober 2021. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan mengunjungi pameran budaya dan turut serta dalam berbagai macam perlombaan. Perlombaan yang dapat diikuti di antaranya: lomba pidato adat (Pidato Adaik), lomba Madendang Anak Ka Lalok, Lomba Masakan Tradisional, dan Lomba Fotografi dengan tema alam dan budaya Nagari Lubuk Tarok. Tidak ketinggalan, di malam hari masyarakat bisa menyaksikan penampilan kesenian tradisional yang diberi nama Malam Bajago-jago.

Prosesi pelepasan Rajo Manjalani Rantau sendiri dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Oktober 2021. Pemberangkatan diawali dengan permintaan izin secara adat, makan bajamba, pembacaan ayat-ayat suci, dan dilanjutkan dengan pengembalian pusaka kerajaan oleh perangkat kerajaan.

Gambar 2: Prosesi permintaan izin secara adat
Gambar 3: Prosesi permintaan izin secara adat

Perlu diketahui bahwa Kerajaan Jambulipo memiliki tiga orang raja: Rajo Alam, Rajo Ibadat dan Rajo Adat. Rajo Alam memberikan Sokin Soka Daguak kepada Datuk Bandaro Sati sebagai tanda pemberian mandat untuk melaksanakan Rajo Manjalani Rantau. Setelah itu, berangkatlah Rajo Ibadat, Datuk Bandaro Sati, beserta rombongan menuju nagari-nagari wilayah Kerajaan Jambulipo.

Menurut pepatah adat, wilayah Kerajaan Jambulipo mencakup: Ba rantau 12 koto, ba saluiak 12 tayiak, batanghari batang rantau, rantau 12 koto. Di mana saat ini daerah-daerah tersebut mencakup wilayah Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan, dan Kabupaten Dharmasraya.

Gambar 4: Rute Rajo Manjalani Rantau (cr: Limbago Anak Nagari)

Perjalanan ini dilakukan untuk bersilaturahmi, sekaligus menjadi ajang musyawarah bilamana ada permasalahan di suatu nagari. Dahulu, karena dilakukan dengan berjalan kaki, Rajo Manjalani Rantau bisa berlangsung hingga tiga bulan lamanya. Sementara tahun ini, kegiatan direncanakan berlangsung antara 1,5 hingga 2 bulan. Baik dengan berjalan, menggunakan mobil, dan perahu (untuk menyusuri daerah di sekitar Sungai Batanghari).

Prosesi Rajo Manjalani Rantau melewati rute perjalanan yang panjang. Tak terelakkan, dalam tiap kunjungan pasti akan banyak fenomena budaya yang bisa ditangkap. Maka dari itu, bersama dengan rombongan Rajo Manjalani Rantau, ada tim yang akan merekam data-data budaya dengan metode Cultural Mapping.

Cultural Mapping Kerajaan Jambulipo digagas oleh Limbago Anak Nagari1. Sebagai komunitas yang sadar akan pentingnya tinggalan budaya, Limbago Anak Nagari bertekad untuk dapat mendata, memetakan, dan menganalisis aset budaya di wilayah Kerajaan Jambulipo sehingga ke depan, hasilnya dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk strategi pelestarian budaya Kerajaan Jambulipo.

Limbago Anak Nagari bekerja sama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) untuk kegiatan Cultural Mapping. Selain itu, untuk keperluan publikasi, Lampau menjadi rekan media yang akan mengabarkan temuan menarik selama kegiatan ini berlangsung. 

Mari kita doakan kegiatan ini berjalan dengan lancar. Upaya Kerajaan Jambulipo untuk tetap memegang teguh adat-istiadat warisan leluhur, semoga dapat terakomodasi dengan baik. Tujuan mulia yang dibawa dari Lubuk Tarok ke penjuru negeri, semoga bisa menjadi langkah untuk selalu menciptakan ketenteraman di Alam Minangkabau tercinta.

Tentang Penulis

Salma FK
Anak rumahan. Suka menguji resep2 kudapan. Berminat pada Arkeologi Klasik juga berbagai hal tentang penanganan Warisan Budaya. Bisa dihubungi via surel di salmafk97@gmail.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: